satu

Arch Efan
Architecture & Design
Adsense Indonesia

3

SIAP MEMBANTU JASA ARSITEKTUR-LANDSEKAP-INTERIOR-3D DESAIN-ESTIMASI

4

Minggu, 14 Maret 2010

MENENTUKAN HARGA PROYEK DESAIN

Dalam dunia desain (khususnya dunia webdesign) banyak sekali cara menentukan
harga sebuah desain yang diterapkan oleh perusahaan jasa desain ataupun
freelance desainer. Ada yang memberikan harga per-paket, ada yang
berdasarkan jumlah halaman, ada yang menentukan flat-price, ada pula yang
menetukan berdasarkan rate per-jam atau per-hari.
Bagaimana sebuah kerja kreativitas dihargai? Sedemikian sulit-kah menentukan
harga sebuah desain? Argumen apakah yang bisa diberikan seorang desainer
dalam menentukan harga sebuah desain? Ini adalah masalah klasik dalam dunia
desain, khususnya bagi para freelance desainer.

PERHITUNGAN HARGA PENAWARAN

Berdasarkan obrolan dengan sesama freelance desainer dan juga dari
pengalaman, saya mencoba merumuskan bagaimana memberi harga pada sebuah
hasil karya kreatif. Sebenarnya ini bukan rumus mutlak. Tapi paling tidak
merupakan satu cara menentukan harga desain yang kira2 mungkin bisa
diterapkan dan "cukup fair" yaitu dengan memakai formula:

HP = HT - (d x HT)

dimana:

HT = [ R x W ] + K + M


HP = Harga penawaran sebuah desain atau project desain

HT = Harga total pekerjaan desain

R = Rate per-hari atau per-jam dari seorang desainer dimana

W = Estimasi waktu amanya pengerjaan desain/proyek

K = Harga konsep desain

M = Harga material desain

d = prosentase potongan harga (discount) yang diberikan

Mengapa dikatakan "cukup fair"? Ini disebabkan karena dengan formula ini
seorang desainer dituntut untuk bisa memberikan estimasi yang masuk akal dan
cukup objektif akan hal2 seperti: seberapa objektif seorang desainer menilai
skill desain dan pengalamannya, berapa lama sebuah pekerjaan bisa
diselesaikan, berapa harga sebuah konsep desain atau perlu/tidaknya
memberikan potongan harga kepada klien, dsb. Juga dikatakan "cukup fair"
karena dengan menerapkan perhitungan ini, kedua belah pihak (desainer dan
klien) diharapkan bisa melihat sisi objektif dari sebuah pekerjaan desain.
Calon klien tidak merasa dibohongi dan di sisi lain desainer juga tidak
merasa bekerja rodi.

MENENTUKAN VARIABEL2 FORMULA.

1. Rate (R)

Rate adalah harga perhari atau perjam yang ditentukan pada kemampuan seorang
desainer dalam mengerjakan pekerjaan2 desain. Besarnya bergantung pada skill
yang dikuasai, pemahaman konsep desain, pengalaman, portfolio, kredibilitas
klien yang pernah ditangani, dsb.

Singkatnya R bergantung pada pengalaman dan jam terbang seorang desainer.
Sebagai contoh seorang desainer yang menguasai seabrek software desain mulai
dari Photoshop sampai program 3D tercanggih, memiliki pemahaman konsep
desain yang dibuktikan dengan portfolio yang ditunjukkan, pernah bekerja di
perusahaan desain terkemuka, berpengalaman menangani klien2 "wah" seperti
Nokia, BMW, dsb, bisa dikategorikan sebagai highly priced desainer dengan
rate misalnya Rp. 2.000.000/hari. Sementara seorang lulusan sekolah desain
yang baru memiliki 2-3 portfolio dari perusahaan2 kecil bisa dikategorikan
sebagai pemula dengan rate sekitar Rp. 100.000/hari. Disini, seorang
desainer dituntut untuk mampu mengestimasi "nilai jual" dirinya berdasarkan
faktor2 tersebut.

R bisa dihitung perhari ataupun perjam. Mengapa? Beberapa desainer
menentukan rate/hari dengan alasan kemudahan perhitungan. Desainer lain
menerapkan rate/jam dengan alasan agar lebih gampang menghitung waktu untuk
revisi. Sebenarnya ini sama saja. Seperti disebutkan di atas, 1 hari = 8
jam. Sekarang kembali kepada sang desainer untuk menghitung lamanya
pengerjaan sebuah proyek desain dalam hitungan hari (agar lebih sederhana)
atau dalam hitungan jam agar lebih detail.

Tetapi ada satu hal lain yang harus dipertimbangkan. Ada kalanya rate/jam
sangat sulit diterima oleh klien di Indonesia. Di negara2 maju dimana
pekerjaan desain sudah dihargai dengan baik, rate/jam mungkin bisa
diterapkan dan diterima oleh calon klien. Ini karena profesi desainer sudah
dianggap sejajarkan dengan pekerjaan jasa profesional lain seperti
pengacara, dokter, dsb. Akan tetapi bila kita berbicara dalam ruang lingkup
lokal, berdasarkan pengalaman saya, rate/jam sangat sulit untuk diterima
oleh umumnya klien di Indonesia. Tapi bila seorang desainer merasa confident
untuk menerapkan rate/jam untuk klien di Indonesia, well.. why not? ;)

2. Estimasi Lamanya Pengerjaan (W)

Estimasi lamanya waktu pengerjaan adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sebuah desain/proyek desain. Berkaitan dengan rate (R), waktu
bisa dihitung dalam satuan hari ataupun jam. Sebagai gambaran, jumlah waktu
pengerjaan 1 (satu) halaman HTML tanpa programming tentu akan berbeda dengan
jumlah waktu pengerjaan 1 (satu) halaman website full-flash.

Dalam menentukan jumlah hari ini desainer dituntut untuk reasonable dalam
arti tidak mengada-ada dan masuk diakal. Sebagai contoh mengerjakan sebuah
halaman HTML simpel tentu tidak akan memakan waktu sampai 7 hari (56 jam),
bukan? BIla desainer menetapkan variabel Rate (R) dalam satuan hari,
variabel H tidak harus bulat, ia bisa bernilai 0.5 (setengah hari = 4 jam)
hari atau 0.25 (seperempat hari = 2 jam).

3. Harga Konsep Desain (K)

Yang agak rumit mungkin menentukan harga konsep desain. Akan tetapi kita
bisa mengira2 seberapa original dan brilyan-nya sebuah konsep desain.
Disinilah seorang desainer dituntut untuk bisa menguraikan konsep desain
yang ia tawarkan. Bukan hanya terbatas pada ide dan tampilan visual semata,
tapi juga mencakup hal2 lain seperti 'look and feel', tata letak (lay-out)
yang baik, flow navigasi dan penempatan menu sebuah website, sitemap,
pemilihan tagline, dsb.

Seorang teman desainer mengatakan bahwa ia juga menerapkan semacam
perhitungan untuk menentukan harga K. Dalam kasus ini, harga K ditentukan
dari berapa lama ia melakukan eksplorasi untuk mendapatkan ide dan
menguraikannya menjadi sebuah konsep desain dengan kata lain K=Rk x Wk (rate
desainer dikalikan jumlah waktu eksplorasi). Rumit? Mungkin terlihat rumit,
tapi sekali lagi, di negara2 maju (kebetulan teman saya tersebut pernah
bekerja di luar negeri dan baru kembali ke Indonesia), ini merupakan hal
yang wajar dan bisa diterima oleh klien.

4. Prosentase Potongan Harga (d)

Mungkin terkesan aneh bila diterapkan potongan harga untuk sebuah
desain/proyek desain. Akan tetapi hal ini perlu dipertimbangkan bila seorang
desainer menghadapi kasus dimana calon klien merupakan sebuah perusahaan
besar dan menurut perkiraan memungkinkan terbentuknya long term relationship
dan kontinuitas proyek. Dengan menerapkan discount, desainer bisa memberi
alasan "proyek perkenalan" dimana sebagai awal long term relationship,
sebuah desain yang bagus diberi harga yang relatif murah. Bila memang tidak
mau, desainer bisa memberi harga 0 (nol) untuk variabel ini.

5. Harga Material Desain (M)

Harga material desain adalah total harga pengadaan material untuk pekerjaan
desain yang mencakup harga session fotografi, pembelian stock image,
pembelian lisensi additional software, fee copywriting. dan lain2

Sekarang mari kita lihat variabel mana yang nilainya bersifat fleksibel dan
variabel mana yang bernilai tetap. Harga W yang pasti nilainya bersifat
fleksibel karena bergantung dari skala proyek desain yang dikerjakan. Harga
M juga bersifat fleksibel karena bergantung dari harga pihak ketiga yang
menyediakan material desain (copywriter, fotografer, harga stock image,
dsb). Harga d juga bersifat fleksibel seperti telah diuraikan di atas.

Harga konsep (K) juga bersifat fleksibel. Masalahnya sekarang adalah cara
menentukan harga tersebut. Seperti telah diuraikan di atas, ada beberapa
desainer yang menetapkan nilai K dengan rumus K=Rk x Wk. Tapi ada juga
desainer yang menetapkan nilai K tanpa menguraikannya seperti itu. K adalah
sebuah nilai yang mencakup seluruh hal mulai dari eksplorasi, ide, konsep,
dsb. Semata-mata karena pertimbangan kemudahan. Sebenarnya keduanya sama
saja, itu hanyalah cara desainer untuk memberikan argumen yang tepat untuk
harga sebuah kreativitas.



Bagaimana dengan variabel R?

Ada dua fenomena menarik. Beberapa desainer (dan juga agensi desain) mematok
harga R tetap dengan alasan bahwa harga tersebut adalah standar
profesionalisme mereka. Desainer dengan harga R tinggi harus bisa bekerja
dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan desainer dengan harga R yang
lebih rendah untuk sebuah hasil yang kualitasnya sama. Artinya klien yang
menyewa desainer dengan R tinggi akan diuntungkan dengan waktu pengerjaan
(W) yang lebih singkat/cepat bila dibandingkan dengan mempekerjakan desainer
dengan harga R yang lebih rendah.

Disisi lain ada desainer yang lebih fleksibel dengan harga R yaitu dengan
menentukan nilai R sesuai dengan kredibilitas ataupun skala perusahaan
klien. Sebagai ilustrasi, desainer seperti ini memberikan nilai R yang
tinggi kepada sebuah perusahaan multi-nasional yang memiliki aset milyaran
dan memberi rate yang lebih rendah kepada perusahaan kecil berbudget rendah,
misalnya.

Contoh berikut mungkin bisa lebih memperjelas:

Seorang desainer level menengah memberikan rate perhari sebesar Rp.
700.000/hari sesuai dengan skill, portfolio, pemahaman konsep dan
pengalamannya kepada firma-hukum mid-size untuk mengerjakan website company
profile. Struktur website tersebut adalah sebagai berikut:

Struktur tersebut akan diterapkan dalam halaman2 berbasis HTML dengan
tambahan features animasi flash di frontpage-nya dan aplikasi backoffice
untuk news update. Estimasi pengerjaannya adalah 10 hari. Tampilan visual,
look and feel serta alur navigasi dari website yang akan dibuat sangat
sesuai dengan corporate image dari firma-hukum tersebut yang dibuktikan
dengan mock-up yang telah dibuat. Untuk itu si desainer memberikan harga Rp.
3.000.000. Stok foto dan text untuk website disediakan oleh client, sehingga
harga material = 0 (nol). Desainer tersebut memutuskan memberikan discount
sebesar 10% dari harga total dengan pertimbangan akan terjalin long term
relationship dimana firma hukum tersebut nantinya mungkin juga akan membuat
aplikasi intranet, dsb.

Dalam kasus ini, harga penawaran adalah sebesar:

HT = (700.000 x 10) + 3.000.000 + 0

= 10.000.000

HP = 10.000.000 - (10% x 10.000.000)

= 9.000.000

Jadi, harga penawaran yang diajukan adalah sebesar Rp. 9.000.000.

Bila ternyata calon klien melakukan bargaining, desainer bisa bertahan
dengan memberikan argumen bahwa secara konsep, desain tersebut sangat cocok
dengan corporate image perusahaan atau effort yang dikeluarkan untuk
pengerjaan proyek memang cukup besar. Kemungkinan besar, calon klien akan
bersikeras melakukan bargaining terhadap harga2 variabel2 tersebut. Disini,
desainer bisa memperkecil harga penawaran dengan menurunkan harga rate
per-hari menjadi Rp. 650.000 misalnya, sehingga manjadi:

HT = (650.000 x 10) + 3.000.000 + 0

= 9.500.000

HP = 9.500.000 - (10% x 9.500.000)

= 8.550.000

atau memperbesar prosentase discount menjadi 15%:

HT = (700.000 x 10) + 3.000.000 + 0

= 10.000.000

HP = 10.000.000 - (15% x 10.000.000)

= 8.500.000



Dalam contoh tersebut bisa dilihat bahwa sang desainer melakukan bargaining
dengan menerapkan harga R yang fleksibel dengan tidak mengurangi waktu
pengerjaan (W) berdasarkan pertimbangan2 tertentu misalnya load pekerjaan
yang tinggi, dsb. Sementara desainer yang menetapkan fix rate R bargaining
mungkin bisa dilakukan dengan memberikan discount atau mengurangi waktu
kerja (W)

Formula tersebut saya rasa cukup general dan bisa dipakai untuk menentukan
harga pekerjaan desain lainnya dan tidak terbatas hanya pekerjaan webdesign.
Sebagai contoh misalnya adalah desain poster seperti Matrix Revolution di
atas. Secara teknis pengerjaan poster tersebut mungkin bisa dikategorikan
sebagai mudah dan dapat diselesaikan dalam 1 hari saja. Akan tetapi dengan
client sekelas Warnerbros, desainer bisa menetapkan rate per-hari (R) yang
cukup tinggi. Ditambah lagi dengan konsep desain yang original dan brilyan
yang dilengkapi dengan tagline "Everything That Has a Beginning Has an End"
mungkin variabel K bisa dihargai jutaan dollar.

Formula tersebut saya rasa cukup general dan bisa dipakai untuk menentukan
harga pekerjaan desain lainnya dan tidak terbatas hanya pekerjaan webdesign.
Sebagai contoh misalnya adalah desain poster seperti Matrix Revolution di
atas.

Secara teknis pengerjaan poster tersebut mungkin bisa dikategorikan sebagai
mudah dan dapat diselesaikan dalam 1 hari saja. Akan tetapi dengan client
sekelas Warnerbros, desainer bisa menetapkan rate per-hari (R) yang cukup
tinggi. Ditambah lagi dengan konsep desain yang original dan brilyan yang
dilengkapi dengan tagline "Everything That Has a Beginning Has an End"
mungkin variabel K bisa dihargai jutaan dollar.

Contoh diatas adalah dalam kasus programming atau actionscripting dilakukan
oleh satu orang desainer yang sama. Namun formula ini juga bisa diterapkan
untuk pekerjaan dimana programming atau flash actionscripting dilakukan oleh
orang2 yangberbeda. Jadi bila sebuah desain website misalnya menyangkut juga
pembuatan basis-data, programming dan actionscripting, harga penawaran
adalah akumulasi dari harga yang diajukan tiap2 team member yang terlibat di
dalam pekerjaan tersebut.

Formula di atas bukanlah sebuah hal mutlak. Mungkin ada beragam cara
penentuan harga desain yang lain. Ini hanyalah salah satu cara dan
penerapannya juga kembali kepada desainer yang besangkutan. Satu hal yang
pasti, formula ini juga tidak akan menjamin diperolehnya sebuah
pekerjaan/proyek desain? :) Harus dibedakan disini antara menentukan harga
desain dengan mendapatkan proyek desain. Deal akan sebuah pekerjaan desain
bergantung dari banyak faktor lain seperti relasi, tipe client, budget,
kualitas desain, dsb. Tidak ada jaminan bahwa dengan menerapkan formula ini
sebuah proyek desain pasti akan diperoleh. Akan tetapi, minimal seorang
desainer memiliki dasar untuk menentukan harga sebuah desain dan tidak hanya
bisa bergumam sambil berkeringat dingin bila sang klien mempertanyakan dasar
penentuan harga desain yang ia tawarkan.

Entri Populer

CATATAN,ILMU,SEJARAH ARSITEKTUR